Rabu, 11 Desember 2013

Ketika Kuasa Tuhan Berbicara



Oleh: Alfi Ni'matin XII-IPA



Gelegar halilintar masih sesekali menyambar, kilatan cahayannya menembus hamparan jagat yang gelap, hingga terang bendarang sebentar saja terasa menyelimuti bumi, gemerlap bertingkah dengan guyuran jarum-jarum air yang saling berlomba menghujani tisap jengkal bumi dan seisinya kering itu menjadi basah. Angin menampar-nampar ranting – ranting pohon yang sama bergoyang, meningkahi suara Guntur yang saling bersautan. Dingin yang menggigil malam yang mencekam, bentuk rumah itu biasa saja, cita rasa joglo meningkahi bangunan tua yang tetap kokoh dalam usiannya yang tergerus jaman. Berpuluh-puluh tahun lalu, bangunan itu adalah bangunan paling megah Dikawasan pekalongan. Ketika kemakmuran dan kesehjahteraan rakyat Indonesia terenggut oleh bangsa asing . ketika mereka sama sekali tak mau membagi kecanggihan dunia karena mereka ingin menjadi penguasa tunggal bumi pertiwi. Menjajah kemabali keelokan katulistiwa nan menawan. MenjaDikan penduduknya budak yang tak berharga siluet cahaya halilintar merekahkan alam menembus celah candela bangunan tua yang tirainya tersibak angin. Wusssshhhh…!!!! Suara kemertek pohon bamboo menjaDikan alam semakin hidup sore masih menyala malam belumlah sempurna.
Sosok wanita muda itu membuka beberapa senti tirai jendela, mengintip apa yang terjadi di luar sana sorot wajahnya menyiratlkan kekawatiran, gurat kepasrahanpun tampak digaris-garis kerutan pada alis yang nyaris tertaut sesekali lenguan halus keluar dari mulutnya yang terkatup mengeluh ! lalu dengan gerakan reflek, jemarinya meraih Hand Phone yang tergeletak di meja, beberapa saat dipandanginya layar, alat komunikasi itu. Tak ada respon, benda itu tak mengeluarkan bunyi khasnya.
“ Mama…?” suara makhluk imut yang umurnya baru menginjak tujuh tahun itu mengentikan laju pikiran sang mama yang menjelajah menerobos angkasa lewat jarum hujan. Senyum manis dipersembahkan untuk buah hati mungilnya, lalu meraih dalam pelukan. Pelukan yang hangat dan tak tergantikan oleh siapapun. Dinginnya malam seakan menghanggatkan pelukan sang mama  yang disampingnya.
“ Ada apa sayang …?  Kok Dika belum tidur ? “ suara bergetar melewati alur napas yang berhembus teratur, si buah hati merengek
 “ Dika nggak bisa tidur..  Dika kepikiran papa terus .
“ Papa kapan pulang sih ma…?”
Wanita itu tergelak pertanyaan itulah yang dikhawatirkannya kecemasan itu muncul kembali menjelajahi alam bawah sadarnya yang penuh dengan letupan kegelisahan. Namun sedetik kemudian hanya senyum yang terekam oleh si buah hati, dielunya ranbut lurus itu dengan sayang “ Emang kalau papa pulang Dika minta di bawain oleh-oleh apa..?” pengalihan pertanyaan ke topic lain mencoba menahan gemuruh didada kekhawatiran itu …….. benarkah ? kenapa alam masih tak bersahabat dengan hatinya ? 
Kenapa  masih saja ada duka yang berselimut hitam pekatnya awan yang mengumpal mengantung di angkasa.. ? malam tak berpihak padanya saat itu tak ada satu pun bintang berpendar melawan gumuruh angin ,yang cahayanya mampu meruntuhkan pekatnya langit.
            Ketakutan itu masih ada saja .dengan pandangan sayu, ditatapnya sibuah hati ,meminta jawaban dari pertanyaan yang terlontar beberapa saat tadi . sekilas ada bintang dimana jagoan berhidung mancung itu
            “ Dika ingin di beliin papa mobil-mobilan kayak punya Adli, kemarin papanya baru pulang dari lampung “
Cerita itu mengalir meluncur melewati lidah Dika. Ada harap di wajahnya yang teduh dan tak berdosa  wanita itu sekali lagi hanya bisa tercenung .pikiranya kembali menerawang , menembus angkasa melewati jarum hujan yang turun semakin deras . lima hari tak ada kabar dari suaminya yang mendapat tugas keluar kota sedang suasana di luar sana benar-benar tak seperti yang di perkirakannya .almam tak bersahabat menyelimutinya , menghadirkan kekhawatirannya atas keselamatan sang suami tercinta   

* * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * *

Ir.  Bambang Nugraha.  profesionalisme dan sifat dapat di percaya itulah yang membawanya pada kesuksesan .prioritas utama pada istri dan anak memang tak pernah terbengkalai meski kadang mereka harus rela mengalah karena tuntutan tugasnya sebagai pilot .istri  yang pengertian meski sebenarnya dengan tatapan berat melepas keberangkatan-nya tetap saja membuatnya tak tega Bambang nugraha ,nama itu jelas tertera pada baju kebesaran yang di pakainya keahliannya  mengendalikan burung besi dalam mengarungi selat tanpa sekat itu pun mendapat aaplaud oleh ratusan orang di jagat raya .prestasinya kemilau di mata dunia tapi benarkah demikian kuasa tuhan ?
            “ cuaca mala mini benar –benar tak bersahabat ?”
Suara seorang pramugari cantik itu sama sekali tak mengusik ketenangannya konsentrasinya masih terfokus pada arah laju benda yang ada di dalam kendalinya kini benda itu seperti ingin menukik tajam ke bawah .namun denga kesigapan telatih ia mampu meredakan penumpang yang terlihat tegang . surara bayi tiba-tiba memecahkan kesunyian yang mencekam ,bambang  begitu lelaki itu biasa dipangil ,menoleh sebentar seperti mengetuk –ngetuk hatinya ,ini demi keselamatan orang yang ada dalam tanggungannya pesawat dengan tipe AC530 keluaran Amerika dengan 125 penumpang
  hmmm….bukan jumlah yang sedikit..? Eluhnya dalam hati tangis bayi masih ada ,bahkan kini lebih keras
            “ tolong umumkan pada semua penumpang agar waspada ,jangan sampai lupa memakai sabuk pengaman dan mohon jangan berisik ,harap tetap tenang !!!
Bambang sedikit berteriak pada salah seorang pramugari  suaranya tertelan angin yang menampar-nampar permukaan pesawat bambang mulai panik,  pasalnya cuaca tidak bisa terkendali , padahal sebelum berangkat perkiraan cuaca pagi dan malam ini baik dan normal
            “ Perhatian-perhatian di mohon pada semua penumpang untuk tetap waspada ,haraptenang dan jangan lupa memakai sabuk pengaman  suara itu mengema memenuhi ruangan tertutup itu riuh rendah suara penumpang bersahutan ,tegang panic dan was-was hiruk pikuk itu mulai mereda ketika dengan sabarnya para pramugari memenangkan kegelisahan penumpang satu persatu.

* * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * *

            Subuh masih setengah jam lagi, wanita itu masih bersimpuh, mengadu atas kegundahan hatinya, atas ketidaktentraman hati yang dilalui, meminta perlindungan atas semua urusan hidupnya.
“ Duh.. Gusti…. Hamba terlalu hina untuk mengetahui urusan hamba sendiri yang telah bergaris di Lauhul Mahfudh-Mu maka Robbi, lindungi hamba dan keluarga hamba, lidungi suami hamba yang sedang menjalankan tugas, berikan yang terbaik untuk kami ya Alloh…., Kami pasrah …???”
Sementara dingin masih menyisa di penghujung malam, anginmendesau-desau menyibakkan gumpalan awan hitam pekat menuju cerah. Embun menitik bercampur dengan air hujan  yang tersisa dan ,menggantung didedaunan. Sejenak wanita itu menggigil dalam balutan mukena, kesejukan air wudhu merasuki pori-porinya yang kelelahan.
Semalam matanya tak mampu terpejam, pikiran itu dating lagi . gemuruh alam telah mereda. Namun gemuruh hatinya tak berubah, pikiran buruk itu dating lagi. Bagaimana keadaan suaminya kini…?? Benarkah alam membawanya pada keselamatan..? atau…………….
“ Robbi, kenapa pikiran hamba tak enak , ada apa dengan mas Bambang ya… Alloh kenapa ini…? Kenapa hamba ingin menangis..?? kenapa hamba segelisah ini…?! “
“ Kring…..kring…..,”  Telpon diruang tamu menjerit, mengagetkannya
Yang khusyu’ dalam do’a , pikiran kembali berkecambuk dalam kebimbangan, gontai ia berjalan menuju jeritan telpon yang  yang ingin diperhatikan
            “ Assalamu’alaikum,” suara pelan sembari menyibak mukena  yang menjuntai dan agak merepotkannya.
            “ Benar ini rumah Bapak Bambang Nugraha di Jl. KH. Ahmad No. 24 Nusa Indah Pekalongan..? “ Ucapan diseberang menyiratkan pertanyaan.
Wanita itu termenung sejenak,, lalu dengan lirih menjawab.
            “ Iya benar, ini siapa ya..? jawaban yang cukup diplomatis.
Namun ada getaran nada suaranya, kekhawatiran itu mencuat ke permukaan, raut wajahnya berubah ekspresi.
              Kami dari rumah sakit Kasih Bunda Solo. Pesawat yang dikemudikan suami anda mengalami kecelakaan. Kami harap ibu bersabar, karena…………. Suami anda termasuk korban dalam kecelakaan itu.”
Bumi masih menetapi porosnya, tapi sentakan kaget membuat tubuhnya ambruk ke belakang, bertepatan dengan itu, suara dari arah kamar, tangisan Dika meraung memecahkan malam.
            “ Mama….?” Wanita itu mencoba bersandar pada kursi yang ada disampingnya. Namun ia pun sadar ia telah begitu lemah, air mata keluar deras dari dua matanya tanpa diminta. Alloh, kegelisahan itu terjawab sudah.
Seperti ada yang menusuk nusuk dadanya, dan mencabik-cabik ulu hatinya. Seperti ada yang hilang dari kehidupannya. Ya, sayapnya, sayap itu telah patah dan ia tak mampu lagi terbang dengan sempurna.
Saya yang selama ini mampu membawanya pergi menjelajahi seisi bumi, sayap yang siap menopangnya  ketika ia terjatuh. Sayap itu….. suaminya, penerang dan pembimbing hatinya. Tumpuan hidupnya. Aitr mata itu kian deras saja jatuh membasahi pipinya tanpa mampu ditahan.
            “ Mama kenapa mengangis.?” Pertanyaan Dika membuatnya semakin limbung. Cepat ia hapus air matanya.
              Tidak,  sayang… mama tidak apa-apa,” Ucapnya dalam Bohong

* * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * *

            Lantunan kalam-kalam illahi menggema ditiap penjuru, membumbung tinggi ke atas menerobos langit hingga menembus ke arasy. Seolah semua makhluk dirumah itupun turut memberi salam terakhir untuk majikannya yang kini menghadap kehadirat-Nya.
            Reifa. Wanita itu menerawang, sekian  menit waktunya terabaikan, para tetangga melayat tak dihiraukan, tatapannya kosong, didekapnya Dika dengan erat, lalu ingatan itu tiba-tiba dating. Ingatan sehari sebelum suaminya tugas.
              Dinda…..?  Nanti kalau aku pulang, disambut dengan acara besar-besaran  yah..??!! “ Bambang memeluk istrinya dari belakang, Reifa wanita cantik yang dipanggil Dinda itu menoleh kearahnya.
            Memangnya papa minta dibuatin  acara apaan sih…??” nada bicara Reifa setengah menantang. Bambang tersenyum, tapi pandangan matanya terlihat kosong dan hampa. Reifa menjawil pinggangnya.
“ Hayo………. Papa ngelamunin apa…/?? Mama nggak jelek kan…???!!!”  Reifa memegang wajahnya yang berbalut kerudung merah muda, bermotif bunga anggrek bulan di kepalanya.
Bambang menggeleng.
Tahu nggak din,… besok tuh kalau aku pulang, Dinda bakalan banyak tamu untuk menyambut kedatanganku, nanti Dinda jangan nangis ya…..??? Dinda harus senyum, harus senang karena aku sudah pulang,” gemas Reifa mencubit pipui suaminya.
            “ papa itu gimana sih ..?  ya jelas saja dinda senang, apalagi Dika. Dika ini sayang…?”  Panggil Reifa pada Dika, yang kebetulan lewat dengan membawa mainan robotnya yang kakinya patah sebelah. Reifa melepas pelukan suaminya.
Diraihnya dika kedalam gendongannya. Lalu menciumi kedua pipinya.
            “Ma… robot Dika kakinya copot satu, Dika nggak bisa benerin,” suara buah hatinya itu manja.
              Sini sayang biar papa yang benerin.” Bambang mengambil mainan itu dari tangan anaknya.
            “ Dika nanti minta oleh-oleh apa kalau papa pulang..?” Bambang bertanya ditengah kesibukannya membetulkan robot putra semata wayangnya itu.
              Papa perginya nggak lama kan…??” sekilas Bambang menatap anaknya, matanya berkaca-kaca dielusnya rambut Dika dengan sayang.
              Selama papa pergi, Dika nggak boleh nakal. Dika harus jadi jagoan yang bisa jagain mama oke…??? “ Dipaksanya bibir itu tersenyum, sementara Reifa, Istrinya sudah menangis duluan.
            “Pa….. cuaca akhir-akhir ini kurang baik untuk penerbangan. Apa tidak sebaiknya papa batalin saja ??”
Suara itu tersendat oleh isakan. Bambang bergeming.
“ Entahlah ma… kita serahkan semuanya pada Alloh saja yah..? mama jangan lupa do’ain papa.@ jawab bambang mencoba menenangkan. Kini satu keluarga itu bertangis-tangisan  , tak terkecuali Dika. Meski ia tak tahu menahu dan tak begitu faham arah pembicaraan kedua orang tuannya… ia tetap ikut menangis seakan  semuanya  telah ikut merencanakan kuasa Tuhan, bahwa salah satu diantara mereka akan berpulang, dan itulah terakhir kalinya mereka berkumpul . dan Reifa baru menyadari kejadian beberapa hari lalu itu adalah sebagai pertanda atau lebih sering disebut firasat, hanya saja Reifa tak pernah menyadarinya.” Ya Alloh,  secepat itukah kau ambil suamiku?” lirihnya.
             Tepukan dipundak Reifa itu sempat mengagetkannya, ia menoleh, bibirnya terkatup.”  Bu….. Jenazahnya akan segera dikebumikan. Apa ada sesuatu yang ingin anda sampaikan..? “ ternyata Bu Lurah yang menepuk pundaknya . Reifa meraih anaknya, menuntunnya mendekati tubuh yang terbujur kaku itu, lalu berbisik di teliga anaknya.
“ Sayang..ucapkan selamat jalan untuk papa , papa akan pergi, kamu jangan nangis ya…. Kamu harus jadi jagoan yang bisa jagain mama, kayak papa yang slalu bisa menjaga keselamatan banyak orang. Berjasa mengantarkan orang-orang  yang ingin mencapai tujuan hidupnya, kecuali kali ini suara itu bergetar para pelayat termangu, hening  Reifa tersenyum, lalu mencium kening suaminya yang pucat dan dingin ia tersenyum sambil berucap .
“ mas,  Dinda tersenyum untuk mas,  mas lihat kan…?? Dika juga tersenyum, yang akan menjagain dinda menggantikan mas, ayo sayang…Dika bilang sama papa ,” Refa mendekatkan Dika pada telinga papanya.
            “ Papa … Dika janji nggak akan nakal, Dika akan jadi jagoan papa yang bisa jagain mama, Dika akan jadi jagoan seperti papa !! lihat pa.. Dika tersenyum untuk papa selamat jalan pa.. Dika sayang papa ,” Ucapnya sambil mencium bibir ,kedua pipi dan kening papanya,  “ jagoan cilik itu benar-benar tegar dalam keadaan yang seperti ini seluas senyum mengembang dari sudut bibirnya entah karena pikiranya yang belum mengetahui keadaan yang sebenarnya atau ketulusan itu dating karena mamanya. Para pelayat sesungguhnya  ada pula yang terpaku . Reifa terisak tak kuasa melihat buah hatinya yang terlihat sangat tegar menghadapi semua ini, sedangkan dirinya benarkah ia mampu berdiri setelah ini?
Setelah tumpuan hidupnya terbang bersama rasa khawatirnya. Dielusnya kepala anaknya, Dika terlalu dini untuk menerima semuanya. Benarkah dika akan terdidik  seperti yang mereka  ( Reifa dan Bambang ) dengar dari keinginan Dika selama ini..? cita-cita Dika yang ingin menjadi Arsitek karena terobsesi dari Puzzle yang dikoleksi papanya . Reifa tergugu beberapa saat, sebelum akhirnya semua ikut pergi bersama dengan jasad suaminya yang menghilang ditikungan jalan. Meski Reifa benar-benar belum siap menghadapi semuanya. “ Alloh, inilah kuasamu, siapapun tak kan bisa mencegahnya kuatkan aku Robbi,” bisiknya dalam hati.


Tuban, 2013

0 comments:

Posting Komentar